Puncak Acara Hari Pulang Kandang 2023, dari Reuni Akbar hingga Peluncuran Beasiswa

Puncak acara Hari Pulang Kandang (HPK) 2023 yang diselenggarakan oleh Himpunan Alumni Fakultas Peternakan (HANTER) IPB berlangsung meriah pada (19/2). Acara yang  digelar di IPB International Convention Center (IICC), Bogor ini dihadiri lebih dari 1000 alumni Fapet lintas  generasi.

Wisnu Brata Ratning Sayekti, ketua pelaksana HPK 2023 menyampaikan laporan terkait kegiatan tersebut dari awal pelaksanaan hingga di puncak acara. Menurut perempuan yang akrab disapa Naning ini, acara reuni akbar HPK  merupakan momen kembalinya seluruh HANTER IPB University dimanapun berada kepada almamater tercinta untuk menjalin silaturahmi.

Rektor IPB Prof. Arif Satria , mengatakan “Acara HPK ini memberikan banyak inspirasi, bukan hanya sebagai ajang silaturahmi tapi juga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat” ujarnya. Turut hadir pula Wakil Gubernur Sumatera Barat Dr Ir Audy Joinaldy SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN. Eng dan Walikota Bogor Dr. Bima Arya yang sangat mengapresiasi acara tersebut.

Selain reuni, acara juga diisi dengan beberapa penampilan seni dan dan suara. Salah satu yang menarik perhatian adalah fashion show yang menampilkan karya desainer batik Dr. Maria Ulfah, S.Pt, M.Sc.Agr yang juga Dosen di Fapet IPB.

Acara dilanjutkan dengan prosesi serah terima jabatan Ketua Umum HANTER yang sebelumnya dipegang oleh Dr Ir Audy Joinaldy SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN. Eng yang menyerahkan kepada Aif Arifin Sidhik, S.Pt, M.Sc yang sebelumnya merupakan Bendahara Umum HANTER.

Salah satu alumni Fapet, Giant Praceka dari angkatan 40 mengaku sangat terkesan dengan HPK tahun ini “Sebelumnya saya pernah mengikuti dan acaranya di kampus. Kalau disini lebih meriah dan ada beberapa program  yang diluncurkan oleh HANTER yang sungguh bermanfaat salah satunya beasiswa Goceng” ujarnya yang berharapan agar Fapet dan HANTER terus Jaya dan untuk program-program yang sudah bagus agar dilanjutkan dan ditambah. (fapet.ipb.ac.id)

Fakultas Peternakan dan HANTER IPB Gelar Seminar Nasional bertajuk Industri Peternakan di Tengah Isu Resesi dalam Rangka Hari Pulang Kandang 2023

Fakultas Peternakan (Fapet) dan Himpunan Alumni Peternakan (Hanter) IPB menggelar seminar nasional bertajuk Peternakan di Tengah Isu Resesi. Acara ini diselenggarakan di IPB International Convention Center (IICC), Bogor (18/2) dan merupakan salah satu rangkaian acara Hari Pulang Kandang (HPK) 2023. Dalam seminar ini ada 3 narasumber yang hadir untuk membahas bagaimana sebenarnya kondisi peternakan pada saat ini dilihat dari sisi akademisi, praktisi maupun pemerintah.

Dekan Fapet IPB University Dr Ir Idat Galih Permana, MSc. Agr dalam sambutannya menyampaikan beberapa hal terkait bagaimana melihat propek industri peternakan. “Kita dibayang-bayangi dengan permasalahan isu perang Ukraina – Rusia yang kemungkinan berdampak terhadap berbagai permasalahan di setiap kawasan termasuk di Asia Tenggara dan juga Indonesia”ungkapnya. Dr Idat juga menambahkan bahwa kita juga baru terlepas dari pandemi covid 19 dan di Indonesia trendnya sudah hampir melandai. Namun bayang-bayang resesi perlu kita antisipasi.

Ia melanjutkan pada perkembangan saat ini, bahkan pada masa pandemi sekalipun ternyata pada sektor pertanian termasuk peternakan juga masih memberikan pertumbuhan yang positif. Dimana sektor-sektor lain mengalami penurunan, bidang pertanian, peternakan tetap positif. Karena dalam kondisi apapun sebagai pemasok pangan, demikian juga untuk peternakan sebagai pensuplai pangan berprotein yang dibutuhkan oleh masyarakat.”Kita harus waspada terhadap perkembangan resesi, di sisi lain kita juga tetap harus optimis” pungkasnya

Selanjutnya Dr Ir Audy Joinaldy SPt, MSc, MM, IPM, ASEAN. Eng, Ketua Umum HANTER IPB yang juga merupakan Wakil Gubernur Sumatra Barat juga turut memberikan sambutan di hadapan peserta seminar yang sebagian besar adalah alumni Fapet IPB danbeberapa mahasiswa aktif. “Salah satu fakta yang cukup menarik 2023 untuk Indonesia atau ternyata Indonesia atau 2 dari 23 negara G20 yang masih mengekspektasi pertumbuhan positif di 2023 masih ada harapan termasuk di sektor peternakan”  ujarnya optimis.

Masuk ke acara inti, Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc. sebagai narasumber memaparkan dari sisi akademisi mengenai Pengembangan Ayam Lokal Pedaging Unggul IPB-D1 berbasis Peternakan Rakyat Membangun Industri Peternakan Berkelanjutan. Prof. Cece mengungkapkan fakta bahwa konsumsi daging nasional masih didominasi ayam broiler. “Atas dasar itu, kami ingin mengembangkan ayam IPB D1 dari tahun 2010 dan sudah melaksanakan hilirisasi bersama mitra dari peternakan rakyat maupun industri peternakan”. Keunggulan ayam D1 sendiri antara lain ketahanan terhadap ND dan salmonella, proporsi daging dada sangat baik antara 20% sampai dengan 23%. Keunggulan lain adalah rataan kandungan mineral daging sangat tinggi.

Aif Arifin Sidhik, S.Pt, M.Sc, selaku praktisi di bidang peternakan hadir sebagai narasumber yang menjelaskan perihal resesi dan kondisi perunggasan di Indonesia. Selama tahun 2022, ada beberapa kendala pada industri peternakan yaitu Covid-19, ketidakseimbangan permintaan dan penawaran, duopoli yang terjadi, harga bahan baku sampai sarana produksi ternak yang masih tradisional.

Berdasarkan kendala tersebut, Aif menyampaikan beberapa solusi seperti efisiensi biaya produksi, peningkatan kualitas dan keamanan produk unggas agar tetap menarik minat dan optimalisasi teknologi tepat guna “Yang tidak kalah penting, harus juga memperkuat manajemen keuangan dan bergabung dengan koperasi atau asosiasi peternak”

Dari sisi pemerintahan, hadir Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Kota Administrasi Jakarta Barat Novy Christine Palit, S.Pt, M.Si. Alumni Fapet ini memaparkan alur, mekanisme dan data-data terkait khususnya ketersediaan ternak di wilayah Jakarta. (fapet.ipb.ac.id)

Fakultas Peternakan IPB University Gelar Workshop Implementasi Kerjasama dengan Solidaritas Alumni Sekolah Peternakan Rakyat Indonesia

Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menggelar Workshop Implementasi Kerjasama dengan Solidaritas Alumni Sekolah Peternakan Rakyat Indonesia (SASPRI) di Fakultas Peternakan, Kampus IPB Dramaga (15/2). Dekan Fapet IPB Dr Idat Galih Permana dalam sambutannya menjelaskan awal mula kerjasama antara Fapet dengan SASPRI.  “Berawal dari 10 Desember yang lalu, Fapet mengadakan assignment dengan SASPRI dalam rangka implementasi kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang melibatkan aspek pendidikan, penelitian, dan pemberdayaan masyarakat ” ujarnya.

Selaku pimpinan Fapet, Ia juga amat mengapresiasi program yang sudah berjalan di masyarakat khususnya di ternak sapi potong. “Saya kira ini inovasi sosial yang sangat baik, dimana IPB University turut serta mengedukasi para peternak dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para peternak,” ungkapnya.

Guru Besar Fapet IPB University sekaligus Wali Utama SASPRI, Prof Muladno yang juga hadir pada workshop tersebut menjelaskan tiga aspek penting dalam mendidik Sekolah Peternakan Rakyat (SPR). “Aspek pertama yaitu pengubahan pola pikir beternak yang pasif, ini merupakan pondasi utama. Selanjutnya adalah bagaimana kita ajari mereka untuk berbisnis, bergotong royong dan berhimpun melalui koperasi. Aspek terakhir yaitu teknologi,” jelasnya.

Selanjutnya disampaikan presentasi dengan tema Membangun Kedaulatan Pangan dari Desa Melalui Sinthesa IPB (Sistem Integrasi Horizontal Ekonomi Desa untuk Industri Pangan Bangsa) oleh Ir Kusmutarto Basuki, MBA. Dalam presentasinya, Ketua Dewan Pembina SASPRI ini memaparkan beberapa tahap penting dalam pembentukan Sinthesa-IPB. Tahap pertama dimulai dari konsolidasi internal SASPRI, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan BUMDes, dilanjutkan dengan pemetaan potensi sumberdaya manusia (SDM) dan sumberdaya alam (SDA) serta perencanaan bisnis segitiga emas. Ketiga tahap tersebut masing-masing dilaksanakan selama satu bulan. Selanjutnya dilaksanakan penyusunan peraturan desa dan pendampingan.

Implementasi kerjasama SASPRI dengan MBKM dijelaskan oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof Irma Isnafia Arief.  Pemaparan disampaikan dari mulai Perhitungan satuan kredit semester (SKS), topik yang dapat dilakukan di SPR, Kuliah Kerja Nyata (KKN) hingga capestone.

Workshop yang juga dimoderatori oleh Wakil Dekan Bidang Sumberdaya, Kerjasama dan Pengembangan Fapet,  Dr Sri Suharti ini juga dihadiri oleh para Ketua Divisi di lingkungan Fapet. Beberapa anggota SASPRI dari berbagai daerah di Indonesia baik dari pulau Jawa, Sumatra maupun Sulawesi turut hadir secara online. Arfan, salah satu wali SASPRI yang berasal dari Sulawesi mengaku siap menerima kedatangan mahasiswa maupun dosen yang ingin berkolaborasi di wilayahnya. (ipb.ac.id)

Prof Ronny Rachman Noor Sebut Indonesia Perlu Waspada Merebaknya Kembali Wabah Flu Burung

Wabah flu burung dikabarkan tengah merebak kembali pasca COVID-19.  WHO (Badan Kesehatan Dunia) saat ini memperkirakan sekitar 500 juta ayam dan unggas mengalami kematian akibat virus H5N1.  Tentu saja hal ini mengundang kekhawatiran masyarakat dunia. Karena flu burung bukan hanya menginfeksi unggas saja, namun mamalia lain seperti  beruang, singa, dan binatang lainnya.

Prof Ronny Rachman Noor, Guru Besar Fakultas Peternakan (Fapet) IPB University menjelaskan, virus ini memang dikenal sangat ganas dan infeksius.  Kebangkitan wabah flu burung ini sudah muncul sejak tahun 2021 lalu. Flu burung kembali merebak di Eropa, Amerika dan Australia kemudian ke selatan memasuki wilayah Amerika Selatan.

“Sampai saat ini vaksinasi memang masih menjadi pilihan, namun banyak negara tidak melakukannya karena adanya kekhawatiran terjadi penyebaran yang lebih luas lagi akibat unggas  tanpa gejala akan ikut menyebarkan virus ini pada unggas  yang belum divaksin,”ujarnya.

Keputusan besar dengan memusnahkan unggas yang terinfeksi di wilayah terdampak dinilai kurang tepat. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat pemusnahan massal tidak sedikit.
“Dari sisi risiko penyebaran flu burung ini ke seluruh dunia yang semakin buruk ini vaksinasi memang diperlukan untuk mengendalikan wabah ini,”lanjutnya.

Hasil evolusi dan mutasi yang dialami oleh virus pathogen dinilai menjadi biang dari merebaknya wabah flu burung. Kemunculan strain H5 dan H7 pada flu burung menyebabkan efek mematikannya sangat ganas. “Strain ini menyebar pada burung liar dan akhirnya kembali menyebar pada ungags, “ ungkapnya.

Berdasarkan pola  penyebaran virus flu burung emapt tahun terakhir, wabah ini kembali akan menghantui dunia. “Penemuan strain baru virus flu burung yaitu varian 2.3.4.4b yang dikenal ganas diduga akan menjadi faktor penyebarnya,” katanya.

Strain baru virus flu burung ini dapat juga menyerang  berbagai spesies termasuk mamalia. Kabar terbarunya, strain ini  menyebabkan kematian 52 ribu menyerang cempelai di Spanyol. Virus flu burung ini juga menyerang kalkun, pelican dan burung liar lainnya.
Menurut catatan, varian baru ini bahkan telah menyerang 236 spesies burung liar, termasuk di antaranya elang, burung nasar, pelican dan penguin. Penyebaran virus flu burung pada cempelai ini memang  menimbulkan kekhawatiran tersendiri karena dapat  menjadi jembatan penyebaran virus ini ke mamalia termasuk manusia.
“Jika hal ini terjadi maka penyebaran virus ini antar mamalia tinggal menunggu waktu saja karena virus ini memiliki kemampuan mutasi yang luar biasa,” tegasnya.  Ia mengatakan, dunia harus mulai waspada akan merebaknya virus ini. Sejak Januari 2021, telah terjadi 186 kasus wabah H5N1 pada mamalia. Virus ini menyerang 17 spesies termasuk rubah, berang-berang dan anjing laut, beruang, singa gunung, dan sigung.

Ganasnya, virus ini tidak hanya menyerang sistem pernafasan namun juga sistem syaraf pusat dan otak mamalia. Kekhawatiran terhadap mutasi virus ini dan penularan antar mamalia sangat beralasan. Walaupun saat ini tingkat kematian pada manusia masih rendah.

“Indonesia perlu bersiap jika akhirnya virus flu burung ini masuk kembali ke Indonesia karena jika sudah masuk maka dipastikan akan menimbulkan kerugian yang sangat besar pada industri  perunggasan nasional dan perekonomian nasional,” jelasnya. (ipb.ac.id)

Dosen Dan Tenaga Kependidikan Departemen IPTP Semarakkan Seminar Hasil-Hasil Penelitian Divisi

Sebagai salah satu bentuk diseminasi hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan oleh dosen-dosen departemen IPTP (DIPTP), diselenggarakan seminar hasil penelitian divisi yang ada di bawah naungan DIPTP.

Kegiatan yang diselenggarakan secara luring dan daring pada Rabu (14/12) menyajikan seluruh hasil penelitian yang merupakan program hibah penelitian tahun 2022 dari DIPTP kepada 5 divisi di lingkungan IPTP yaitu Divisi Produksi Ternak Unggas, Divisi Produksi Ternak Perah, Divisi Produksi Ternak Daging, Kerja dan Aneka Ternak, Divisi Pemuliaan dan Genetika serta Divisi Teknologi Hasil Ternak. Masing-masing divisi menyajikan temuan penelitian yang dilaksanakan.

Ketua Departemen menyatakan bahwa kegiatan hibah penelitian ini merupakan salah satu bentuk fasilitasi departemen untuk para peneliti (dosen/tenaga kependidikan) untuk melakukan penelitian sesuai dengan mandat divisinya. “Alhamdulillah pada tahun 2022 ini Departemen IPTP telah menganggarkan hibah penelitian untuk semua divisi yang ada di lingkungan IPTP, dengan harapan dapat menjadi bagian dari kegiatan tri dharma dosen dan tenaga kependidikan. Seminar hasil-hasil penelitian ini diselenggarakan sebagai sarana share informasi temuan-temuan penelitian yang telah dilakukan” ujar ketua Departemen, Dr. Tuti Suryati.

Pada sambutannya ketua program hibah penelitian divisi Dr. Zakiah Wulandari menyampaikan apresiasi kepada semua divisi yang telah melaksanakan hibah penelitiannya.“kami berharap dengan adanya hibah ini, dapat membantu para dosen dan tenaga kependidikan untuk dapat mencapai target output kinerja pegawai. Selain itu, hasil hibah ini diharapkan dapat juga dipublikasikan pada jurnal penelitian”. Tema hasil-hasil penelitian yang disajikan oleh masing-masing divisi menyajikan topik yang komprehensif, mulai dari aspek lingkungan, energi, pangan serta logistic peternakan.

Prof Ronny Rachman Noor: Biodiversitas Global Menurun Drastis, Dunia Perlu Bertindak Cepat

Laporan World Wide Fund for Nature (WWF) terbaru yang dirilis minggu lalu menyebutkan bahwa sejak tahun 1970 lalu terjadi penurunan jumlah spesies yang ada di bumi ini sebesar 69 persen. Prof Ronny Rachman Noor, pakar Genetika Ekologi IPB University menyebutkan bahwa jika laju penurunan ini dibiarkan maka dunia akan kehilangan biodiversitas global untuk selamanya. Dan hal ini akan berdampak langsung pada kesehatan bumi yang kita huni ini.

“Biodiversitas kawasan tropis yang merupakan sumber keanekaragaman hayati paling tinggi juga tidak luput dari fenomena ini. Yakni mengalami penurunan populasi spesies satwa liar yang sangat mengkhawatirkan,” ujar Prof Ronny.

Menurutnya, salah satu penyebab utama penurunan biodiversitas satwa liar adalah perubahan iklim global. Sebagai contoh, anomali curah hujan tinggi, banjir, tanah longsor serta kekeringan telah melanda Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini.
Ia melanjutkan, contoh lain dampak perubahan iklim global yang menghancurkan adalah gelombang panas dan kebakaran hutan melanda kawasan Eropa akhir-akhir ini. Hal ini tercatat merupakan dampak cuaca ekstrim yang terburuk dalam 15 tahun terakhir ini.

“Ironisnya dalam situasi kritis seperti ini penebangan hutan di hutan paru-paru dunia di Amazon Brazil dan di kawasan Asia masih terus berlangsung sampai saat ini. Bahkan mencapai rekor tertinggi selama enam tahun terakhir ini,” ujar Prof Ronny.

Lebih lanjut Prof Ronny menjelaskan bahwa tren penurunan kualitas lingkungan menurut laporan WWF semakin meluas. Populasi satwa liar seperti mamalia, burung, amfibi, reptil, dan ikan semuanya menyusut secara drastis dengan laju penurunan mencapai 69 persen.

“Dunia tidak dapat menganggap sepele kejadian penurunan populasi satwa liar ini karena berdampak langsung bagi kehidupan delapan milyar penduduk bumi. Karena sebagian besar kehidupan kita tergantung pada satwa liar ini. Sendi-sendi kehidupan penduduk bumi seperti stabilitas sosial, kesejahteraan dan kesehatan penduduk bumi akan terdampak langsung perubahan iklim global ini,” ujar Prof Ronny.

Menurutnya WWF memprediksi bahwa penurunan keanekaragaman satwa liar ini akan berdampak langsung pada penurunan aset alam yang akan merugikan dunia. Setidaknya sebesar US $406 miliar per tahun, bahkan tren kerugian ini diperkirakan akan semakin meningkat pada tahun 2050 mendatang. Sehingga jika tidak dilakukan langkah yang drastis kerugian ini akan mencapai US $9 triliun.
Laporan terbaru WWF ini menurut Prof Ronny sangat mengejutkan dunia karena laju penurunan keanekaragaman satwa liar ini mencapai tingkat yang belum pernah terbayang sebelumnya. Tingkat persentasenya sudah mencapai titik kritis.

Prof Ronny menyebut laporan ini juga menunjukkan bahwa dunia selama ini abai melakukan upaya untuk menurunkan laju kemusnahan satwa liar ini.

“Sebanyak 120 pimpinan dunia pada pertemuan COP 26 PBB di Glasgow tahun lalu memang telah menunjukkan komitmennya dalam mengurangi pemanasan global. Mereka sepakat untuk mengambil langkah demi mengurangi laju perubahan iklim global, namun di lapangan perusakan lingkungan masih terus berlangsung,” ujar Prof Ronny.

Ia menjelaskan, jika upaya dunia gagal dalam membatasi pemanasan global yaitu 1.5 derajat celcius, maka menurut WWF kawasan Amazon dan Afrika akan kehilangan 50 persen dan 75 persen keanekaragaman satwa liarnya.

Menurut Prof Ronny upaya untuk mengurangi laju penurunan keanekaragaman hayati dunia ini tidak mudah karena menyangkut biaya yang besar. “Negara miskin dan negeri berkembang tidak akan berperan besar dalam mengurangi laju penurunan keanekaragaman satwa liar ini jika tidak dibantu negara maju dari segi finansial,” imbuhnya.

Sudah menjadi rahasia umum, katanya, jika kebiasaan konsumsi negara-negara kaya selama ratusan tahun terakhir ini memiliki andil yang sangat besar dalam hilangnya sumberdaya alam dunia di berbagai belahan dunia. “Oleh sebab itu tentunya negara maju memiliki kewajiban moral untuk membantu negara miskin dan negara berkembang melestarikan keanakeragaman hayati ini,” tutur Prof Ronny.

Menurut Prof Ronny, dalam mengatasi krisis alam yang sangat luas ini, tentunya tidak ada pilihan lain selain menerapkan konsep ekonomi hijau. Sebuah konsep yang berkelanjutan dalam memanfaatkan dan mengelola sumberdaya alam dan jasa alam seperti udara dan air bersih yang akan memberikan insentif bagi negara-negara berkembang yang telah berupaya untuk menjaga alamnya untuk kepentingan dunia.

“Teknologi dan ilmu pengetahuan yang ada saat ini telah terbukti dapat menyelamatkan spesies hewan dan tumbuhan yang hampir punah asalkan disertai dengan upaya keras dan niat serta tekad dunia yang kuat,” ujar Prof Ronny. (ipb.ac.id)

Dari Program Kedai Reka, Mahasiswa IPB University Dapat Kesempatan Belajar Produksi Yogurt

Tim Kedai Reka Matching Fund 2022 Yogurt Probiotik Rosella ikut melibatkan 20 orang mahasiswa IPB University dari Program Studi (Prodi) Teknologi Hasil Ternak, Teknologi Produksi Ternak dan Nutrisi Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan (Fapet) dalam program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Sejumlah mahasiswa ini terlibat dalam empat kegiatan, yaitu uji kualitas bahan baku, produksi dan quality control, distribusi produk dan digital marketing.

Ketua program Yogurt Probiotik Rosella, Prof Irma Isnafia Arief menjelaskan, kegiatan terlaksana selama jangka waktu tiga bulan dan dilakukan di sela-sela kegiatan kuliah dan praktikum mahasiswa. Hal itu guna menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa terkait produksi industri pengolahan susu.

“Mahasiswa sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan MBKM ini. Diharapkan program ini dapat menjadi jembatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman dan wawasan dari proses produksi yogurt ini,” ujarnya.

Selain Prof Irma, kegiatan ini juga didampingi langsung oleh beberapa dosen IPB University lainnya sesuai keahliannya masing-masing, yakni Dr Zakiah Wulandari, Dr Zaenal Abidin, Muhamad Arifin, SPt, MSi dan Dr Iyep Komala.

Mahasiswa dan dosen saling bersinergi dan bekerjasama dalam kegiatan yang dimasukkan ke dalam tiga satuan kredit semester (SKS) MBKM. Kegiatan MBKM ditutup dengan kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev).

Direktur utama CV Sari Burton, Edgina Burton dalam keterangannya memaparkan, program ini sangat membantu mengoptimalkan produksi yogurt di CV Sari Burton. Antusiasme mahasiswa juga sangat ia apresiasi. Pasalnya, mahasiswa yang terlibat sangat bersemangat dalam terlibat dalam kegiatan MBKM ini (ipb.ac.id)

Mahasiswa Teknologi Produksi Ternak Melaksanakan Praktikum Tematik di PT Global Dairi Alami

Mahasiswa Program Studi Teknologi Produksi Ternak mengikuti praktikum tematik di PT Global Dairi Alami, Subang, 13/4. Kegiatan ini bertujuan supaya mahasiswa bisa belajar dan dapat mengadopsi inovasi dan teknologi dari industri sapi perah. Tidak hanya itu, kegiatan ini juga bertujuan agar mahasiswa lebih siap dalam menghadapi dunia kerja setelah lulus nanti.

Iyep Komala, dosen pendamping praktikum menerangkan, mahasiswa Teknologi Produksi Ternak dapat belajar tentang integrated dairy farm di PT Global Dairi Alami (PT GDA). Proses yang dilakukan di perusahaan tersebut mulai dari budidaya sapi perah, perkandangan, pemerahan dengan menggunakan rotary milking, penanganan susu, pengolahan susu, packaging, pemasaran sampai pengolahan limbah skala industri.

“Kami sangat menyambut baik adanya kunjungan ini karena akan bermanfaat bagi para mahasiswa dalam melihat dunia industri lebih dekat, membandingkan ilmu yang diperoleh di kampus dengan praktiknya di lapangan serta memberikan motivasi untuk belajar lebih kreatif dalam mempersiapkan diri untuk bersaing di dunia industri setelah lulus nanti,” kata Asep Kayudin, MM Senior Head of Manufacturing PT GDA.

Anis Zamaluddien juga mengaku senang atas kunjungan mahasiswa IPB University tersebut. “Senang sekali dapat kunjungan dari mahasiswa TPT IPB University. Sharing beberapa hal terkait Integrated Dairy Farm. Diskusinya menarik dan terlihat antusiasme yang tinggi dari mahasiswa TPT. Semoga sukses studinya dan bisa berkontribusi untuk kemajuan bangsa di masa depan,” kata Anis Zamaluddien, MP, QA/QC Manager PT Global Dairi Alami. (ipb.ac.id)